Saturday, July 16, 2011
USA
Jakarta - Hong Kong - Los Angles - Dallas - Oklahoma - Dallas - San Francisco - Hong Kong - Jakarta
Thursday, November 18, 2010
Ciwidey, Jawa Barat
23 Oktober 2010
Perjalanan dimulai dari Pondok Gede pada pukul 07.00 WIB. Kami ber 5 yang terdiri dari BC, AB, IK, AA, dan SS dengan dilengkapi dengan ransel kami bergegas menuju Ciwidey, Jawa barat. Dengan menggunakan mobil dari rekan kami AB "sang transporteren", maka tentunya kami mengambil rute tol Cikampek - Padalarang - Kopo. Sebagai informasi perjalanan dari Pondok Gede - Ciwidey dapat ditempuh kurang lebih 4 jam.
Sesampai di Ciwidey kami bergegas menuju penginapan bernama "Kampung Pago" dan kami memilih penginapan dengan type "Bali" dikarenakan dapat menampung cukup banyak orang.
"Situ Patenggang"
Sesudah beristirahat sejenak dan makan siang, kami tidak ingin melewati pemandangan indah yang menjadi daya tarik dan ciri khas Ciwidey. Oleh karena itu kami pun memilih "Situ Patenggang" sebagai tempat yang akan kami tuju. Jarak dari penginapan menuju Situ Patenggang kurang lebih 45 menit. Jalan yang menanjak dan berkelok-kelok menjadi faktor yang membuat perjalanan terasa jauh dan lama. Namun disepanjang perjalanan kita dapat melihat pemandangan berciri khas perbukitan yang hampir mirip dengan daerah "Puncak" degan tiupan angin yang segar.
Sesampai di Situ Patenggang, setiap pengunjung akan dikenakan biaya masuk sekitar Rp. 3000,-. Dan tidak jauh dari pintu masuk kita disuguhkan dengan pemandangan Situ Patenggang yang sangat menyejukkan hati, apalagi ditambah dengan hijau lembut perkebunan teh di sekitar Situ Patenggang membuat perasaan bertambah releks.
Maka mobil AB pun diparkir di sekitar "Situ", yang sudah berjejer mobil-mobil yang kebanyakan ber-plat luar kota. Kamipun langsung berjalan menuju "Situ" yang di kanan kiri banyak penduduk lokal menjual beraneka macam buah-buahan, makanan, dan juga souvenir khas daerah setempat. Berhubung kami tiba di "Situ Patenggang" pada sore hari, membuat pemandangan semakin menarik dengan suguhan 'sun set'. Perahu-perahu nelayan setempat pun berjejer menjadi latar belakang dari koleksi foto kami. Sesekali nelayan menawarkan kami untuk berkeliling Situ Patenggang dengan tarif yang cukup mahal menurut saya, sekitar Rp 200.000,- si nelayan menceritakan 'Batu Cinta' yang ada di tengah Situ Patenggang. Berhubung hari sudah mulai gelap maka kami menolak tawaran untuk berkeliling Situ Patenggang, dan kami pun langsung bergegas pulang ke penginapan.
24 Oktober 2010
"Kawah Putih"
Hasil diskusi pada malam sebelumnya, demi menghindar dari keramaian di kawasan Kawah Putih untuk kenyamanan dan kepuasan untuk bernarsis-narsis ria dengan camera yang sudah dipersiapkan maka kami memutuskan untuk bangun pagi-pagi sekali dan mulai start berangkat dari penginapan pada pulul 06.00 WIB. Waktu tempuh dari penginapan menuju Kawah Putih kurang lebih 30 menit.
Berhubung jalan menuju Kawah Putih sama dengan Situ Patenggang, maka kami tidak mengalami kesulitan untuk mencari kawasan Kawah Putih. Sesampai di Kawah Putih, kami pun dimintai uang masuk sebesar Rp. 30.000,-/orang + Rp 200.000,-/mobil. Saya tidak terkejut dengan harga fantastis tersebut kerena sebelum berangkat ke Ciwidey, saya sudah banyak mencari info Kawah Putih melalui internet sehingga tarif masuk yang fantastis tersebut terbukti. Ketika disodorkan tarif tersebut salah satu dari rekan kami memilih untuk menepikan kendaraan kami dengan alasan untuk berembuk sejenak untuk mencapai kata mufakat apakah semua setuju dengan tarif tersebut. Ketika kami berembuk, tiba-tiba ada 2 orang bapak-bapak(yang mengaku penduduk setempat, kawasan Kawah Putih) menghampiri kami, dan mereka menawarkan tarif masuk sebesar Rp. 200.000,- saja (jadi yang dihitung mobil saja, untuk pungutan Rp.30.000,-/orang, ditiadakaan). Setelah berembuk, maka kami pun menerima tarif terbaik tersebut, dengan catatan si 'bapak penduduk lokal' tersebut menemani kami sampai 1/4 perjalanan menuju kawasan Kawah Putih, untuk menghindari pungutan-pungutan liar ditengah jalan (karena praktis tidak ada bukti karcis atau apapun yang menandakan kami sudah membayar tarif masuk).
Perjalanan dari Pos masuk sampai menuju kawasan parkir mobil di Kawah Putih melalui jalan yang berkelok-kelok dan jalan yang cukup sempit untuk dilalui 2 mobil yang berpapasan. Sesampai nya di kawasan Kawah Putih kami langsung terkesima dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Kawah yang berwarna putih dengan asap dari kawah yang menyembul dan menyentuh setiap benda, termasuk kulit tubuh dari tiap pengunjung membuat suasana terasa hangat. Pengorbanan kami untuk berangkat pagi-pagi tidak sia-sia karena terbukti Kawah Putih masih belum ramai pengunjung sehingga tidak mengurangi nilai eksotisme keindahannya. Untuk mengabadikan momen berharga ini kami menyewa 'juru foto' setempat untuk dijadikan sebagai juru foto yang tugasnya menjepret camera yang siap menangkap gaya-gaya narsis kami. Setiap sudut-sudut, pojok-pojok dari Kawah Putih kami sandingkan sebagai kenangan akan keindahan Kawah Putih menambah pengalaman, memori kehidupan dan terekam dalam setiap bingkai foto tersebut.
Matahari mulai terasa menyengat kulit sebagai penanda waktu yang menjelang siang. Kami bergegas kembali menuju penginapan untuk bersiap-siap mengepak barang bawaan kami.
Tengah hari kami check out dari penginapan, untuk menuju ke Jakarta. Tetapi sebelumnya kami menyempatkan untuk menyantap makan siang dengan gaya saung khas sunda, sebagai penambah keindahan perjalanan weekend kami.
Terimakasih untuk masyarakat Ciwidey.
Perjalanan dimulai dari Pondok Gede pada pukul 07.00 WIB. Kami ber 5 yang terdiri dari BC, AB, IK, AA, dan SS dengan dilengkapi dengan ransel kami bergegas menuju Ciwidey, Jawa barat. Dengan menggunakan mobil dari rekan kami AB "sang transporteren", maka tentunya kami mengambil rute tol Cikampek - Padalarang - Kopo. Sebagai informasi perjalanan dari Pondok Gede - Ciwidey dapat ditempuh kurang lebih 4 jam.
Sesampai di Ciwidey kami bergegas menuju penginapan bernama "Kampung Pago" dan kami memilih penginapan dengan type "Bali" dikarenakan dapat menampung cukup banyak orang.
"Situ Patenggang"
Sesudah beristirahat sejenak dan makan siang, kami tidak ingin melewati pemandangan indah yang menjadi daya tarik dan ciri khas Ciwidey. Oleh karena itu kami pun memilih "Situ Patenggang" sebagai tempat yang akan kami tuju. Jarak dari penginapan menuju Situ Patenggang kurang lebih 45 menit. Jalan yang menanjak dan berkelok-kelok menjadi faktor yang membuat perjalanan terasa jauh dan lama. Namun disepanjang perjalanan kita dapat melihat pemandangan berciri khas perbukitan yang hampir mirip dengan daerah "Puncak" degan tiupan angin yang segar.
Sesampai di Situ Patenggang, setiap pengunjung akan dikenakan biaya masuk sekitar Rp. 3000,-. Dan tidak jauh dari pintu masuk kita disuguhkan dengan pemandangan Situ Patenggang yang sangat menyejukkan hati, apalagi ditambah dengan hijau lembut perkebunan teh di sekitar Situ Patenggang membuat perasaan bertambah releks.
Maka mobil AB pun diparkir di sekitar "Situ", yang sudah berjejer mobil-mobil yang kebanyakan ber-plat luar kota. Kamipun langsung berjalan menuju "Situ" yang di kanan kiri banyak penduduk lokal menjual beraneka macam buah-buahan, makanan, dan juga souvenir khas daerah setempat. Berhubung kami tiba di "Situ Patenggang" pada sore hari, membuat pemandangan semakin menarik dengan suguhan 'sun set'. Perahu-perahu nelayan setempat pun berjejer menjadi latar belakang dari koleksi foto kami. Sesekali nelayan menawarkan kami untuk berkeliling Situ Patenggang dengan tarif yang cukup mahal menurut saya, sekitar Rp 200.000,- si nelayan menceritakan 'Batu Cinta' yang ada di tengah Situ Patenggang. Berhubung hari sudah mulai gelap maka kami menolak tawaran untuk berkeliling Situ Patenggang, dan kami pun langsung bergegas pulang ke penginapan.
24 Oktober 2010
"Kawah Putih"
Hasil diskusi pada malam sebelumnya, demi menghindar dari keramaian di kawasan Kawah Putih untuk kenyamanan dan kepuasan untuk bernarsis-narsis ria dengan camera yang sudah dipersiapkan maka kami memutuskan untuk bangun pagi-pagi sekali dan mulai start berangkat dari penginapan pada pulul 06.00 WIB. Waktu tempuh dari penginapan menuju Kawah Putih kurang lebih 30 menit.
Berhubung jalan menuju Kawah Putih sama dengan Situ Patenggang, maka kami tidak mengalami kesulitan untuk mencari kawasan Kawah Putih. Sesampai di Kawah Putih, kami pun dimintai uang masuk sebesar Rp. 30.000,-/orang + Rp 200.000,-/mobil. Saya tidak terkejut dengan harga fantastis tersebut kerena sebelum berangkat ke Ciwidey, saya sudah banyak mencari info Kawah Putih melalui internet sehingga tarif masuk yang fantastis tersebut terbukti. Ketika disodorkan tarif tersebut salah satu dari rekan kami memilih untuk menepikan kendaraan kami dengan alasan untuk berembuk sejenak untuk mencapai kata mufakat apakah semua setuju dengan tarif tersebut. Ketika kami berembuk, tiba-tiba ada 2 orang bapak-bapak(yang mengaku penduduk setempat, kawasan Kawah Putih) menghampiri kami, dan mereka menawarkan tarif masuk sebesar Rp. 200.000,- saja (jadi yang dihitung mobil saja, untuk pungutan Rp.30.000,-/orang, ditiadakaan). Setelah berembuk, maka kami pun menerima tarif terbaik tersebut, dengan catatan si 'bapak penduduk lokal' tersebut menemani kami sampai 1/4 perjalanan menuju kawasan Kawah Putih, untuk menghindari pungutan-pungutan liar ditengah jalan (karena praktis tidak ada bukti karcis atau apapun yang menandakan kami sudah membayar tarif masuk).
Perjalanan dari Pos masuk sampai menuju kawasan parkir mobil di Kawah Putih melalui jalan yang berkelok-kelok dan jalan yang cukup sempit untuk dilalui 2 mobil yang berpapasan. Sesampai nya di kawasan Kawah Putih kami langsung terkesima dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Kawah yang berwarna putih dengan asap dari kawah yang menyembul dan menyentuh setiap benda, termasuk kulit tubuh dari tiap pengunjung membuat suasana terasa hangat. Pengorbanan kami untuk berangkat pagi-pagi tidak sia-sia karena terbukti Kawah Putih masih belum ramai pengunjung sehingga tidak mengurangi nilai eksotisme keindahannya. Untuk mengabadikan momen berharga ini kami menyewa 'juru foto' setempat untuk dijadikan sebagai juru foto yang tugasnya menjepret camera yang siap menangkap gaya-gaya narsis kami. Setiap sudut-sudut, pojok-pojok dari Kawah Putih kami sandingkan sebagai kenangan akan keindahan Kawah Putih menambah pengalaman, memori kehidupan dan terekam dalam setiap bingkai foto tersebut.
Matahari mulai terasa menyengat kulit sebagai penanda waktu yang menjelang siang. Kami bergegas kembali menuju penginapan untuk bersiap-siap mengepak barang bawaan kami.
Tengah hari kami check out dari penginapan, untuk menuju ke Jakarta. Tetapi sebelumnya kami menyempatkan untuk menyantap makan siang dengan gaya saung khas sunda, sebagai penambah keindahan perjalanan weekend kami.
Terimakasih untuk masyarakat Ciwidey.
Saturday, June 19, 2010
Vesakh 2554 BE - Candi Sewu, Yogyakarta
26 Mei 2010
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan rombongan dari Lampung dan Jakarta disertai dengan 2 Bhiksu, 1 Bhikkhu, dan 1 Samanera kami menuju Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Tujuan kami menuju Propinsi Yogyakarta bukan untuk jalan-jalan biasa, namun untuk mengikuti prosesi puja hari raya Waisak (Vesakh) 2554 BE (Budhist Era) yang di tahun 2010 ini jatuh pada tanggal 28 Mei 2010.
Sesampai di Yogyakarta, kami dijemput oleh panitia waisak Candi Sewu namun sebelum menuju hotel kami mampir terlebih dahulu ke restoran Dapur Tiga Nyonya yang menyajikan menu vegetarian sebagai sajian makan siang kami. Sesudah kenyang kami bergegas menuju hotel yang letaknya berseberangan dengan Cadi Sewu, nama hotelnya adalah Hotel Candi View. Tiba di hotel kesan pertama dengan hotel ini adalah tidak senyaman hotel berbintang, namun untuk sekedar beristirahat it's ok lah... kemudian kami melakukan pembagian kamar dan siap untuk berisirahat sejenak yang kabarnya kami berencana akan melewatkan sore hari di daerah wisata Malioboro. Selang beberapa jam kota Yogya diguyur hujan yang cukup lebat maka rencana untuk shopping ke Malioboro pun dibatalkan, yang ada kami hanya bisa duduk-duduk untuk sekedar mengobrol di dalam hotel, huh.....
27 Mei 2010
Pagi-pagi sekali kami sudah berkumpul di lobby hotel untuk menuju sumber mata air Jumprit di kecamatan Ngadirejo, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tujuan kami ke sumber mata air Jumprit adalah untuk mengambil air suci untuk prosesi puja Waisak di Candi Sewu yang sudah menjadi ritual tradisi setiap perayaan hari raya Waisak dari tahun ketahun. Butuh kurang lebih sekitar empat jam berangkat dari Hotel di daerah Candi Sewu menuju sumber mata air Jumprit. Setiba di Jumprit kami sudah disambut oleh monyet-monyet yang memang menjadi penghuni di sekitar sumber mata air ini yang letaknya memang cukup tinggi di daerah pegunungan.
Sebelum mengambil air suci Waisak di sumber mata air Jumprit. Kami terlebih dahulu melakukan ritual puja baru kemudian mengambil air suci Waisak sebanyak lima kendi berukuran sedang. Sesudah itu kami menyempatkan diri untuk sekedar bersantai dan makan siang bersama sambil canda tawa satu dengan yang lainnya. Ketika waktu sudah tidak siang lagi, kami pun bergegas kembali menuju kawasan Candi Sewu.
28 Mei 2010
Pukul 3.00 WIB kami sudah berkumpul dan langsung menuju Candi Sewu yang sudah banyak didirikan tenda-tenda untuk proses puja bakti Waisak. Ketika kami sampai ternyata sudah banyak rombongan Budhist baik dari Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta yang sudah memadati tenda-tenda. Maka kamipun memilih tenda dengan spot yang cukup baik yaitu tempat yang cukup depan dan dekat dengan tempat duduk para Bhiksu dan Bhikkhu. Waktu menunjukkan Pukul 4.00 WIB maka dimulailah puja bakti Waisak 2554 BE yang dimulai dengan puja bakti Mahayana, kemudian disusul dengan Tantrayana, dan kemudian Theravada. Sesudah selesai proses puja bakti, kami pun bermeditasi untuk melewatkan detik-detik Waisak 2554 BE yang jatuh sekitar pukul 06:07:23 WIB. Tujuan bermeditasi adalah untuk kembali mengenang semangat Sang Buddha Gautama yang dengan tekun berlatih hingga mencapai kesadaran sempurna. Sesudah itu acara prosesi Waisak 2554 BE di Cadi Sewu ditutup dengan para umat melakukan Pradaksina mengelilingi Candi Sewu.
Selesai mengikuti puja di Candi Sewu kami kembali ke hotel untuk siap-siap karena sore hari kami akan kembali ke Jakarta. Tapi sebelum itu kami menyempatkan diri terlebih dahulu untuk mengunjungi Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Jawa Tengah. Menurut sejarahnya Candi Plaosan ini dibangun pada abad ke-9 pada jaman kerajaan Mataram Kuno. Setiba disana kami diceritakan oleh pemandu wisata Candi Plaosan, bahwa banyak arca-arca Budha yang telah dicuri dan dijual ke luar negeri, huh.... bener-bener... deh kapan sih bangsa ini bisa menghargai warisan budaya bangsanya sendiri.
Uda kelar sama wisata candi kami pun menuju kawasan Malioboro tapi sebelum acara shopping men-shoping kami isi perut dulu lah.... kalo gak yang ada nanti belanjanya kurang gesit. Maka kamipun mampir ke sebuah tempat makan yang menyajikan kelupat tahu (a.k.a ketupat tahu) soal rasa uih.... mantab.... nian. Selesai urusan memanjakan lidah dan perut, kami langsung saja shopping ke Malioboro untuk belanja benda-benda dan kerajinan khas Yogya yang pastinya sih Batik. Berhubung waktu itu hari libur nasional, uih....... Malioboro jadi sesek abies..... sampe belanjanya sikut-sikutan, biarpun begitu gak mengurangi semangat hunting Batik. Hidup Batik!!!
Uda puas sama belanja sampe ber jem-jem, kami langsung bergegas menuju Bandara Adi Sucipto untuk kembali ke Jakarta.
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan rombongan dari Lampung dan Jakarta disertai dengan 2 Bhiksu, 1 Bhikkhu, dan 1 Samanera kami menuju Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Tujuan kami menuju Propinsi Yogyakarta bukan untuk jalan-jalan biasa, namun untuk mengikuti prosesi puja hari raya Waisak (Vesakh) 2554 BE (Budhist Era) yang di tahun 2010 ini jatuh pada tanggal 28 Mei 2010.
Sesampai di Yogyakarta, kami dijemput oleh panitia waisak Candi Sewu namun sebelum menuju hotel kami mampir terlebih dahulu ke restoran Dapur Tiga Nyonya yang menyajikan menu vegetarian sebagai sajian makan siang kami. Sesudah kenyang kami bergegas menuju hotel yang letaknya berseberangan dengan Cadi Sewu, nama hotelnya adalah Hotel Candi View. Tiba di hotel kesan pertama dengan hotel ini adalah tidak senyaman hotel berbintang, namun untuk sekedar beristirahat it's ok lah... kemudian kami melakukan pembagian kamar dan siap untuk berisirahat sejenak yang kabarnya kami berencana akan melewatkan sore hari di daerah wisata Malioboro. Selang beberapa jam kota Yogya diguyur hujan yang cukup lebat maka rencana untuk shopping ke Malioboro pun dibatalkan, yang ada kami hanya bisa duduk-duduk untuk sekedar mengobrol di dalam hotel, huh.....
27 Mei 2010
Pagi-pagi sekali kami sudah berkumpul di lobby hotel untuk menuju sumber mata air Jumprit di kecamatan Ngadirejo, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tujuan kami ke sumber mata air Jumprit adalah untuk mengambil air suci untuk prosesi puja Waisak di Candi Sewu yang sudah menjadi ritual tradisi setiap perayaan hari raya Waisak dari tahun ketahun. Butuh kurang lebih sekitar empat jam berangkat dari Hotel di daerah Candi Sewu menuju sumber mata air Jumprit. Setiba di Jumprit kami sudah disambut oleh monyet-monyet yang memang menjadi penghuni di sekitar sumber mata air ini yang letaknya memang cukup tinggi di daerah pegunungan.
Sebelum mengambil air suci Waisak di sumber mata air Jumprit. Kami terlebih dahulu melakukan ritual puja baru kemudian mengambil air suci Waisak sebanyak lima kendi berukuran sedang. Sesudah itu kami menyempatkan diri untuk sekedar bersantai dan makan siang bersama sambil canda tawa satu dengan yang lainnya. Ketika waktu sudah tidak siang lagi, kami pun bergegas kembali menuju kawasan Candi Sewu.
28 Mei 2010
Pukul 3.00 WIB kami sudah berkumpul dan langsung menuju Candi Sewu yang sudah banyak didirikan tenda-tenda untuk proses puja bakti Waisak. Ketika kami sampai ternyata sudah banyak rombongan Budhist baik dari Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta yang sudah memadati tenda-tenda. Maka kamipun memilih tenda dengan spot yang cukup baik yaitu tempat yang cukup depan dan dekat dengan tempat duduk para Bhiksu dan Bhikkhu. Waktu menunjukkan Pukul 4.00 WIB maka dimulailah puja bakti Waisak 2554 BE yang dimulai dengan puja bakti Mahayana, kemudian disusul dengan Tantrayana, dan kemudian Theravada. Sesudah selesai proses puja bakti, kami pun bermeditasi untuk melewatkan detik-detik Waisak 2554 BE yang jatuh sekitar pukul 06:07:23 WIB. Tujuan bermeditasi adalah untuk kembali mengenang semangat Sang Buddha Gautama yang dengan tekun berlatih hingga mencapai kesadaran sempurna. Sesudah itu acara prosesi Waisak 2554 BE di Cadi Sewu ditutup dengan para umat melakukan Pradaksina mengelilingi Candi Sewu.
Selesai mengikuti puja di Candi Sewu kami kembali ke hotel untuk siap-siap karena sore hari kami akan kembali ke Jakarta. Tapi sebelum itu kami menyempatkan diri terlebih dahulu untuk mengunjungi Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Jawa Tengah. Menurut sejarahnya Candi Plaosan ini dibangun pada abad ke-9 pada jaman kerajaan Mataram Kuno. Setiba disana kami diceritakan oleh pemandu wisata Candi Plaosan, bahwa banyak arca-arca Budha yang telah dicuri dan dijual ke luar negeri, huh.... bener-bener... deh kapan sih bangsa ini bisa menghargai warisan budaya bangsanya sendiri.
Uda kelar sama wisata candi kami pun menuju kawasan Malioboro tapi sebelum acara shopping men-shoping kami isi perut dulu lah.... kalo gak yang ada nanti belanjanya kurang gesit. Maka kamipun mampir ke sebuah tempat makan yang menyajikan kelupat tahu (a.k.a ketupat tahu) soal rasa uih.... mantab.... nian. Selesai urusan memanjakan lidah dan perut, kami langsung saja shopping ke Malioboro untuk belanja benda-benda dan kerajinan khas Yogya yang pastinya sih Batik. Berhubung waktu itu hari libur nasional, uih....... Malioboro jadi sesek abies..... sampe belanjanya sikut-sikutan, biarpun begitu gak mengurangi semangat hunting Batik. Hidup Batik!!!
Uda puas sama belanja sampe ber jem-jem, kami langsung bergegas menuju Bandara Adi Sucipto untuk kembali ke Jakarta.
Wednesday, June 9, 2010
Pulau Tidung @ Kepulauan Seribu
Untuk Informasi, Pulau Tidung dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Tidung Besar dan Tidung Kecil. Kedua pulau ini memang terpisah namun ada jembatan penghubung yang menyambungkan kedua pulau tersebut.
Kembali ke petualangan. kami tiba di P. Tidung sekitar pukul 10.00 WIB. Sesampainya di P. Tidung kami langsung menghampiri salah seorang penduduk lokal bernama Pak Asep, beliau berprofesi sebagai penyedia jasa penginapan (home staying), catering (jadi untuk urusan makan gak perlu repot-repot), sewa sepeda, penyewaan alat-alat snorkling, dsb (pokoqnya nih bapak multy fungsi). Maka Pak Asep langsung saja menggiring kami kerumahnya, yang ternyata sudah tersedia makan siang untuk kami.
Selesai makan siang dan beristirahat sebentar kami lanjut dengan kegiatan "Bersepeda" mengelilingi Pulau Tidung. Untuk sepeda kita bisa menyewa dengan harga kurang lebih Rp 15.000,-/hari. Butuh waktu lama bagi kami untuk memilih sepeda yang cocok karena kualitas sepeda di sini bener-bener dahsyat sangkin dahsyatnya temen gua sampe beristilah "dapet sepeda yang bisa nge-rem aja uda bagus!". Uda siap dengan tunggangan sepeda masing-masing, kami langsung muter-muter Pulau Tidung Besar terlebih dahulu menikmati pemandangan pesisir pantai dengan pasir putih-nya dan air laut yang memantulkan teriknya mentari di siang hari sambil foto-foto untuk mengabadikan moment indah. Jika haus karena siang-siang panas-panas bigitu bersepeda, kita bisa duduk ngadem sejenak sambil menikmati segarnya air kelapa muda yang dijual Rp. 5000,-/buah. hm.... yummy.....
Uda puas keliling P. Tidung Besar sampai sore hari. Kami pun bergegas ke Pulau Tidung Kecil untuk mendirikan tenda dan minkmati pemandangan Sun Set yang begitu indah (Catatan: bagi yang pengen ngirit anda bisa menghemat biaya tinggal dengan hanya mendirikan tenda di P. Tidung Kecil). Dan malam pun tiba kami menikmati pemandangan langit yang jernih diterangi bintang-bintang malam yang begitu fantastis.
Keesokan paginya. Masih di P. Tidung Kecil, kami bergerak ke pesisir pantai untuk menyaksikan Sun Rise sambil mengabadikan moment dengan ber-foto ria. Sudah puas dengan hasil jeprat-jepret fotonya, kami bergegas untuk kembali ke P. Tidung Besar menuju kediaman Pak Asep dengan kegiatan selanjutnya adalah ber-snorkeling. Bagi yang tidak memiliki peralatan Snorkeling, bisa menyewa karena cukup bayak yang menyediakan jasa penyewaan alat-alat snorkeling, dan jangan lupa untuk sekaligus menyewa perahu untuk kegiatan tersebut.
Selesai ber-snorkeling kami kembali ke kediaman Pak Asep untuk makan siang dan siap-siap untuk pulang ke Jakarta, mengejar jadwal kapal yang akan berangkat pada pukul 13.00 WIB. Maka kami pun bergerak dengan cepat menuju pelabuhan di P. Tidung. Sesampai di pelabuhan ternyata cukup ramai tourist yang sama-sama mengantri untuk pulang ke Jakarta. selang beberapa saat ada pengumuman bahwa salah satu kapal yang berangkat pukul 13.00 WIB ternyata mengalami kerusakan! Huh..... para tourist yang ingin pulang ke Jakarta semua kecewa karena harus menunggu sekitar 2 jam lagi untuk kapal berikutnya, yang notabene semua penumpang untuk 2 kapal akan digabung menjadi satu kapal. Maka setelah menunggu 2 jam lamanya, sekitar pukul 15.00 WIB tibalah sebuah kapal yang akan mengangkut semua penumpang menuju Pelabuhan Muara Angke, Jakarta. Kekhawatiran gua melihat jumlah peumpang dengan kapasitas kapal bener aja terjadi. Sangkin banyaknya penumpang gara-gara kapal yang sebelomnya rusak, maka impact-nya sekarang, semua penumpang dijejel..... dah kaya pepes ikan. Bahkan sampe-sampe gua dan dua temen gua mesti duduk di atep kapal tanpa pengaman dan pegangan apapun!!! Gua sempet shock! Mana waktu itu ombak di laut cukup mengerikan. Untuk pertama kalinya gua bener-bener takut naek kapal. Gua cuma bisa pasrah dan berdoa dalem hati. Dan anehnya dua temen gua selama perjalanan di tengah lautan yang terombang-ambing mereka masi bisa tidur, sedangkan gua uda sterssss minta ampun dan gua mesti bersabar sekitar 3 jam lamanya untuk menanti pemandangan yang gua cintai, yaitu: Daratan kota Jakarta! ketika gua liat daratan Jakarta gua seneng banget, dan rasanya pengen cepet-cepet menginjak daratan. Sesampai di Jakarta waktu menujukkan sekitar pukul 20.00 WIB, dan langsung disambut dengan bau menyengat khas pasar ikan (yeah, you can imagine this situation yang kemudian dilanjutkan mengompreng menuju rumah.
Friday, April 23, 2010
Tuesday, September 1, 2009
Goes Tour de Bogor (Jakarta Barat - Bogor Kota)
Impossible is nothing. Mungkin inilah semboyan, sugesti, atau apapun itu namanya, telah membuat tiga pemuda berinisial 'B', 'M', dan 'S' yang sama-sama tinggal di daerah Jakarta Barat membulatkan tekad untuk menakluklan jalur Jakarta - Bogor dengan Bersepeda.
Bagi anda yang tinggal di kawasan Jakarta, memiliki hobi bersepeda atau hanya sekedar ingin jalan-jalan yang penuh dengan tantangan dan pengalaman tidak ada salahnya mencoba jalur Jakarta-Bogor. Berhubung gua tinggal di daerah Jakarta Barat, maka gua mo sharing pengalaman gua ketika bersepeda dengan Trek Jakarta Barat - Bogor.
29 Agustus 2009, Pukul 04.00 WIB. Seperti biasa 'B' dan 'M' yang kebetulan tinggal di daerah yang berdekatan memulai Start dari kawasan Tanjung Duren, dan segera menuju Wisma Relasi di daerah Jalan Panjang (Kebon Jeruk).
Pukul 04.30 WIB. 'B', 'M', dan 'S' memulai petulangannya menuju Bogor. Kurang lebih berikut Jalur yang dilalui dan kesulitan-kesulitannya:
Jalan Panjang (Kebon Jeruk) - Podok Indah Mall : Jalur ini cukup baik, ruas jalan lebar, walaupun ada tanjakan Fly Over yang cukup "Seger" (itung2 pemansan,lha hihihi).
Pondok Indah Mall - Pasar Jumat - Lebak Bulus Raya - Cirendeu Raya: Jalan cukup nyaman, walaupun, walaupun hati2 didaerah Terminal Lebak Bulus jalan sempit dan banyak Bus (berhubung gua jalan pagi-pagi banget, jadi bus masi blom begitu rame).
Cirendeu Raya - Podok Caber Raya - Cabe Raya - RE Martadinata - Cinangka Raya - Parung Raya : Jalur ini cukup berkelok-kelok , cukup banyak turunan (jika dari Jakarta ke arah Bogor), jadi masih bisa simpan tenaga), walaupun ada pula beberapa tanjakan.
Parung Raya - Raya Bogor (Parung): Jalur ini cukup panjang dan disinilah jalur yang menurut gua sangat "Menantang" dengan medan yang "Naik - Turun" dengan persentase yang tidak berimbang yahhhhhh sekitar 30 : 70, membuat dengkul serasa maknyusssssss abiesssss, so nikmati aja!
Raya Bogor (Parung) - Atang Senjaya - Semplak : Jalur ini cukup nyaman walaupun banyak juga tanjakan yang tak terasa (cukup membuat otot2 kaki makin terasa nyutttttt nyuttttttt), di daerah ini kita bisa menikmati pemandangan sawah, ada juga kompleks TNI AU, jadi bisa istirahat sejenak, mengendurkan otot kaki, sambil melihat2 pemandangan.
Semplak - Doktor Semer - Bogor Kota: Jalur ini cukup nyaman dengan permukaan yang tidak begitu menanjak, dan dengan semangat (karena sudah tiba di Kota Bogor).
Setiba di Kota Bogor, kami ber-tiga pun langsung menuju Hotel yang sudah direncanakan, yaitu Hotel Pangrango 1, di daerah Jalan Pangrango. Hotel ini cukup murah meriah dan lingkungan sekitar banyak Cafe-cafe yang "Maknyuzzzz", ada pula Macaroni Panggang yang menggoyang lidah.
Kalau mau travelling ke Kebun raya atau ke daerah pertokoannya pun mudah untuk akses kendaraan umumnya.
30 Agustus 2009, Pukul 08.00. Setelah satu hari puas dengan jajanan dan keliling2 kota Bogor, kami pun check out dari hotel dan gowes lagi menuju Stasiun Kereta Bogor. Untuk KRL Pakuan bila pengendara sepeda dikenakan tarif 'Double', karena sepeda dikenakan tarif satu penumpang. Dengan harga tiket Rp. 11.000,-/orang. Karena kami ber-tiga masih ingin istirahat sejenak maka kami memutuskan untuk berangat dengan jadwal Pukul 10.10 WIB.
Pukul 10.10, KRL Pakuan berangkat dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Kota Tua (Jakarta). Berhubung gua lebih enak turun di Monas, maka kami pun memutuskan turun di Stasiun Gambir. Lama perjalanan dari Stasiun Bogor - Stasiun Gambir kurang lebih 1 jam perjalanan.
Sesampai di Gambir, waktu menunjukkan sekitar Pukul 11.00 WIB. Terik matahari dan asap kendaraan kota Jakarta sudah menyambut kami ber-tiga, oleh karena itu peralatan seperti sarung tangan, penutup hidung dan mulut pun kami gunakan.
Sesampai di rumah, badan pun terasa lelah. Namun pengalaman akan tantangan menaklukan Jakarta - Bogor serasa sebagai obat penghilah rasa letih.
Hmmmmm kira-kira sesudah Kota Bogor, kota apa lagi yah yang kira-kira menarik untuk dikunjungi dengan bersepeda?
Tuesday, November 18, 2008
Recyle Sampah Organik
Ngeliat lingkungan yang makin padat, maka otomatis mengurangi daerah resapan air, yang ujung-ujungnya banyak daerah pada banjir. Apalagi yang namanya Jakarta, beeehhhhhh, banjir itu uda kaya musiman aja, saingan sama musim buah-buahan.
Kalo diliat n dipikir lagi sebenernya yang bisa buat banjir itu salah satu faktor-nya yah dari sampah-sampah yang kita buang sehari-hari, yang sebagian besar sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga ada yang organik dan non-organik.
Jadi kalo mau bantu ngurangin pencemaran lingkungan n bencana banjir, bisa kita lakukan dengan cara sederhana yaitu:
1. Memisahkan sampah organik dan sampah non-organik dulu.
2. Daur ulang sampah-sampah organik yang ada di rumah kita.
3. Sampah non-organik di kasi ke pemulung, nanti pemulung biasanya jual ke pengolah sampah non-organik.
Persiapan daur ulang sampah organik cukup sederhana,bahan-bahannya:
1. Tanah yang berunsur hara tinggi (bisa di beli di tempat-tempat penjual tanaman).
2. Tong sampah yang cukup besar (bisa pake tong bekas cat yang ukuran besar).
3. Sampah organik kering (misalnya daun-daun kering).
4. Sampah organik rumah tangga (misalnya potongan sayur, wortel, tomat, kulit buah-buahan, dll).
5. Pupuk cair organik (NB: jika pupuk cair organik tidak ada, tidak masalah, penambahan pupuk cair organik hanya membuat proses pengolahan sampah oleh bakteri berjalan lebih cepat).
Cara pembuatan pupuk organik:
1. Tong sampah dilubangi dengan paku, berjarak setiap kurang lebih 5 cm, sampai ketinggian 20 cm dari permukaan Tong sampah. (Hal ini dimaksudkan untuk memberi sirkulasi udara bagi bakteri-bakteri pada proses organik)
2. Masukkan tanah yang berunsur hara tinggi dengan sampah organik kering (dengan perbandingan kurang lebih 3:1)
3. Masukkan sampah organik rumah tangga (dengan perbandingan 3:1 juga). Untuk sampah organik rumah tangga jangan dimasukkan terlalu banyak, karena kandungan air sampah organik rumah tangga cukup tinggi, sehingga jika terlalu banyak maka proses penghancuran sampah akan berjalan lambat.
4. Aduk semua campuran sampai merata.
5. Tutup tong sampah dengan rapat, untuk menghindari hinggapan lalat atau binatang lain yang dapat membuat busuk sampah.
Jika proses diatas uda dicoba, tunggulah beberapa hari untuk mendapatkan Pupuk Organik yang ramah lingkungan. Jika Pupuk Organik uda jadi, maka sampah organik kering atau sampah organik rumah tangga boleh ditambahkan lagi dengan perbandingan yang sesuai, begitu seterusnya.
Gua sendiri uda mencoba koq dirumah, yah walaupun masi kecil-kecilan, tapi gua ngerasain sendiri kalo Pupuk Organik hasil olahan gua sendiri itu bener-bener bermanfaat, soalnya gua kaget begitu ngeliat sampah organik kering yang berkarung-karung gua kumpulin, setelah gua olah selama berbulan-bulan jadinya cuma se-iprit. Hal ini menunjukkan kalo tumpukan sampah yang ada di tempat penampungan sampah yang bergunung-gunung itu, kalo kita-kita di masing-masing rumah mau mengolahnya maka tu gunung sampah di tempat penampungan sampah bisa ditekan jumlahnya. Yah, otomatis sedikit banyak bisa ngurangin banjir and Global warming. Lagian Pupuk Organik bisa buat taneman di rumah kita jadi tambah subur.
Stop Global Warming !!!
Yes, We Can (kata Barack Obama)
Peace
Kalo diliat n dipikir lagi sebenernya yang bisa buat banjir itu salah satu faktor-nya yah dari sampah-sampah yang kita buang sehari-hari, yang sebagian besar sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga ada yang organik dan non-organik.
Jadi kalo mau bantu ngurangin pencemaran lingkungan n bencana banjir, bisa kita lakukan dengan cara sederhana yaitu:
1. Memisahkan sampah organik dan sampah non-organik dulu.
2. Daur ulang sampah-sampah organik yang ada di rumah kita.
3. Sampah non-organik di kasi ke pemulung, nanti pemulung biasanya jual ke pengolah sampah non-organik.
Persiapan daur ulang sampah organik cukup sederhana,bahan-bahannya:
1. Tanah yang berunsur hara tinggi (bisa di beli di tempat-tempat penjual tanaman).
2. Tong sampah yang cukup besar (bisa pake tong bekas cat yang ukuran besar).
3. Sampah organik kering (misalnya daun-daun kering).
4. Sampah organik rumah tangga (misalnya potongan sayur, wortel, tomat, kulit buah-buahan, dll).
5. Pupuk cair organik (NB: jika pupuk cair organik tidak ada, tidak masalah, penambahan pupuk cair organik hanya membuat proses pengolahan sampah oleh bakteri berjalan lebih cepat).
Cara pembuatan pupuk organik:
1. Tong sampah dilubangi dengan paku, berjarak setiap kurang lebih 5 cm, sampai ketinggian 20 cm dari permukaan Tong sampah. (Hal ini dimaksudkan untuk memberi sirkulasi udara bagi bakteri-bakteri pada proses organik)
2. Masukkan tanah yang berunsur hara tinggi dengan sampah organik kering (dengan perbandingan kurang lebih 3:1)
3. Masukkan sampah organik rumah tangga (dengan perbandingan 3:1 juga). Untuk sampah organik rumah tangga jangan dimasukkan terlalu banyak, karena kandungan air sampah organik rumah tangga cukup tinggi, sehingga jika terlalu banyak maka proses penghancuran sampah akan berjalan lambat.
4. Aduk semua campuran sampai merata.
5. Tutup tong sampah dengan rapat, untuk menghindari hinggapan lalat atau binatang lain yang dapat membuat busuk sampah.
Jika proses diatas uda dicoba, tunggulah beberapa hari untuk mendapatkan Pupuk Organik yang ramah lingkungan. Jika Pupuk Organik uda jadi, maka sampah organik kering atau sampah organik rumah tangga boleh ditambahkan lagi dengan perbandingan yang sesuai, begitu seterusnya.
Gua sendiri uda mencoba koq dirumah, yah walaupun masi kecil-kecilan, tapi gua ngerasain sendiri kalo Pupuk Organik hasil olahan gua sendiri itu bener-bener bermanfaat, soalnya gua kaget begitu ngeliat sampah organik kering yang berkarung-karung gua kumpulin, setelah gua olah selama berbulan-bulan jadinya cuma se-iprit. Hal ini menunjukkan kalo tumpukan sampah yang ada di tempat penampungan sampah yang bergunung-gunung itu, kalo kita-kita di masing-masing rumah mau mengolahnya maka tu gunung sampah di tempat penampungan sampah bisa ditekan jumlahnya. Yah, otomatis sedikit banyak bisa ngurangin banjir and Global warming. Lagian Pupuk Organik bisa buat taneman di rumah kita jadi tambah subur.
Stop Global Warming !!!
Yes, We Can (kata Barack Obama)
Peace
Subscribe to:
Posts (Atom)