Thursday, November 18, 2010

Ciwidey, Jawa Barat

23 Oktober 2010

Perjalanan dimulai dari Pondok Gede pada pukul 07.00 WIB. Kami ber 5 yang terdiri dari BC, AB, IK, AA, dan SS dengan dilengkapi dengan ransel kami bergegas menuju Ciwidey, Jawa barat. Dengan menggunakan mobil dari rekan kami AB "sang transporteren", maka tentunya kami mengambil rute tol Cikampek - Padalarang - Kopo. Sebagai informasi perjalanan dari Pondok Gede - Ciwidey dapat ditempuh kurang lebih 4 jam.

Sesampai di Ciwidey kami bergegas menuju penginapan bernama "Kampung Pago" dan kami memilih penginapan dengan type "Bali" dikarenakan dapat menampung cukup banyak orang.

"Situ Patenggang"

Sesudah beristirahat sejenak dan makan siang, kami tidak ingin melewati pemandangan indah yang menjadi daya tarik dan ciri khas Ciwidey. Oleh karena itu kami pun memilih "Situ Patenggang" sebagai tempat yang akan kami tuju. Jarak dari penginapan menuju Situ Patenggang kurang lebih 45 menit. Jalan yang menanjak dan berkelok-kelok menjadi faktor yang membuat perjalanan terasa jauh dan lama. Namun disepanjang perjalanan kita dapat melihat pemandangan berciri khas perbukitan yang hampir mirip dengan daerah "Puncak" degan tiupan angin yang segar.

Sesampai di Situ Patenggang, setiap pengunjung akan dikenakan biaya masuk sekitar Rp. 3000,-. Dan tidak jauh dari pintu masuk kita disuguhkan dengan pemandangan Situ Patenggang yang sangat menyejukkan hati, apalagi ditambah dengan hijau lembut perkebunan teh di sekitar Situ Patenggang membuat perasaan bertambah releks.

Maka mobil AB pun diparkir di sekitar "Situ", yang sudah berjejer mobil-mobil yang kebanyakan ber-plat luar kota. Kamipun langsung berjalan menuju "Situ" yang di kanan kiri banyak penduduk lokal menjual beraneka macam buah-buahan, makanan, dan juga souvenir khas daerah setempat. Berhubung kami tiba di "Situ Patenggang" pada sore hari, membuat pemandangan semakin menarik dengan suguhan 'sun set'. Perahu-perahu nelayan setempat pun berjejer menjadi latar belakang dari koleksi foto kami. Sesekali nelayan menawarkan kami untuk berkeliling Situ Patenggang dengan tarif yang cukup mahal menurut saya, sekitar Rp 200.000,- si nelayan menceritakan 'Batu Cinta' yang ada di tengah Situ Patenggang. Berhubung hari sudah mulai gelap maka kami menolak tawaran untuk berkeliling Situ Patenggang, dan kami pun langsung bergegas pulang ke penginapan.

24 Oktober 2010

"Kawah Putih"

Hasil diskusi pada malam sebelumnya, demi menghindar dari keramaian di kawasan Kawah Putih untuk kenyamanan dan kepuasan untuk bernarsis-narsis ria dengan camera yang sudah dipersiapkan maka kami memutuskan untuk bangun pagi-pagi sekali dan mulai start berangkat dari penginapan pada pulul 06.00 WIB. Waktu tempuh dari penginapan menuju Kawah Putih kurang lebih 30 menit.

Berhubung jalan menuju Kawah Putih sama dengan Situ Patenggang, maka kami tidak mengalami kesulitan untuk mencari kawasan Kawah Putih. Sesampai di Kawah Putih, kami pun dimintai uang masuk sebesar Rp. 30.000,-/orang + Rp 200.000,-/mobil. Saya tidak terkejut dengan harga fantastis tersebut kerena sebelum berangkat ke Ciwidey, saya sudah banyak mencari info Kawah Putih melalui internet sehingga tarif masuk yang fantastis tersebut terbukti. Ketika disodorkan tarif tersebut salah satu dari rekan kami memilih untuk menepikan kendaraan kami dengan alasan untuk berembuk sejenak untuk mencapai kata mufakat apakah semua setuju dengan tarif tersebut. Ketika kami berembuk, tiba-tiba ada 2 orang bapak-bapak(yang mengaku penduduk setempat, kawasan Kawah Putih) menghampiri kami, dan mereka menawarkan tarif masuk sebesar Rp. 200.000,- saja (jadi yang dihitung mobil saja, untuk pungutan Rp.30.000,-/orang, ditiadakaan). Setelah berembuk, maka kami pun menerima tarif terbaik tersebut, dengan catatan si 'bapak penduduk lokal' tersebut menemani kami sampai 1/4 perjalanan menuju kawasan Kawah Putih, untuk menghindari pungutan-pungutan liar ditengah jalan (karena praktis tidak ada bukti karcis atau apapun yang menandakan kami sudah membayar tarif masuk).

Perjalanan dari Pos masuk sampai menuju kawasan parkir mobil di Kawah Putih melalui jalan yang berkelok-kelok dan jalan yang cukup sempit untuk dilalui 2 mobil yang berpapasan. Sesampai nya di kawasan Kawah Putih kami langsung terkesima dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Kawah yang berwarna putih dengan asap dari kawah yang menyembul dan menyentuh setiap benda, termasuk kulit tubuh dari tiap pengunjung membuat suasana terasa hangat. Pengorbanan kami untuk berangkat pagi-pagi tidak sia-sia karena terbukti Kawah Putih masih belum ramai pengunjung sehingga tidak mengurangi nilai eksotisme keindahannya. Untuk mengabadikan momen berharga ini kami menyewa 'juru foto' setempat untuk dijadikan sebagai juru foto yang tugasnya menjepret camera yang siap menangkap gaya-gaya narsis kami. Setiap sudut-sudut, pojok-pojok dari Kawah Putih kami sandingkan sebagai kenangan akan keindahan Kawah Putih menambah pengalaman, memori kehidupan dan terekam dalam setiap bingkai foto tersebut.

Matahari mulai terasa menyengat kulit sebagai penanda waktu yang menjelang siang. Kami bergegas kembali menuju penginapan untuk bersiap-siap mengepak barang bawaan kami.


Tengah hari kami check out dari penginapan, untuk menuju ke Jakarta. Tetapi sebelumnya kami menyempatkan untuk menyantap makan siang dengan gaya saung khas sunda, sebagai penambah keindahan perjalanan weekend kami.

Terimakasih untuk masyarakat Ciwidey.